Jumat, 26 September 2014

Sistem Informasi Psikologi

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

SISTEM
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Kata “sistem” banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.
Selain definisi di atas, beberapa ahli juga mencoba mendefinisiskan sistem. Berikut definisis sistem menurut para ahli:
a. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
b. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
c. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
d. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
e. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
f. Ludwig Von Bartalanfy
Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
g. L. Ackof
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
h. Salisbury
A system is a group of components working together as a functional unit. Sistem adalah sekelompok bagian-bagian atau komponen yang bekerja sama sebagai suatu kesatuan fungsi
i. Robert Allen & Mark Victor Hansen
Sistem adalah prosedur yang terorganisir dan mapan yang membuahkan hasil
j. Djekky R. Djoht
Sistem adalah agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam satu kesatuan
k. Umar Fahmi Achmadi
Sistem adalah tatanan yang menggambarkan adanya rangkaian berbagai komponen yang memiliki hubungan serta tujuan bersama secara serasi, terkoordinasi yang bekerja atau berjalan dalam jangka waktu tertentu dan terencana
l. Zulkufli A. M
Sistem adalah himpunan sesuatu “benda” nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, dan saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif
m. Raymond McLeod
Sistem adalah himpunan dari unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu
n. Gordon B. Davis
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.
o. Koentjaraningrat
Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak; suatu cabang ilmu niscaya mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi.
Menurut Mc. Leod (Fatta, 2007) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Scott (Fatta, 2007) mendefinisikan sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing), serta keluaran (output). 
Dalam pemaparan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu elemen kesatuan yang terintegrasi untuk mempermudah dalam pencarian informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan yang sama.

Elemen dalam Sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalui terdiri atas empat elemen:
·         Objek, yang dapat berkiupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
·         Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
·         Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
·         Lingkungan, tempat di mana sistem berada.
Elemen sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.

Jenis sistem
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:
·         Atas dasar keterbukaan:
·         sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.
·         sistem tertutup.
·         Atas dasar komponen:
·         Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.
·         Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.

INFORMASI
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang.
Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”. Informasi juga dapat didefinisikan sebagai data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
Selain definisi diatas, beberapa ahli juga mendefinisikan istilah informasi sebagai berikut:
a. Abdul Kadir
Informasi merupakan data yang telah proses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan orang yang menggunakan data tersebut.
b. Tata Sutabri
Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterprestasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
c. Jogiyanto HM
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
d. Joner Hasugian
Informasi adalah sebuah konsep yang universal dalam jumlah muatan yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkupnya masing-masing dan terekam pada sejumlah  media.
e. Kenneth C. Laudon
Informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
f. Anton M. Moeliono
Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar atau berita. Informasi juga merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan.

g. Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.
            Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan orang yang menggunakan data tersebut sehingga dapat dipahami dalam tindakan dan dalam pengambilan keputusan.

Kualitas Informasi
Terdiri dari 3 hal, yaitu informasi harus:
1.    Akurat : berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi yang didapat harus jelas mencerminkan maksudnya.
2.    Tetap pada waktunya : berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
3.    Relevan : berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.













PSIKOLOGI
Psikologi ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi berarti pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Walaupun demikian istilah ilmu jiwa, dipergunakan dalam bahasa sehari-hari dan dianggap tidak ilmiah. Sedangkan psikologi bersifat ilmiah (scientific). “Sekarang banyak orang menegaskan studi psikologi sebagai ilmu”, Sartain dkk (dalam Basuki 2008).
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dengan pendekatan ilmiah dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara terencana, sistemanitis, dan terkontrol berdasarkan data empiris. Karena itu salah satu ciri psikologi sebagai ilmu pengetahuan adalah bahwa psikologi itu berdasar pada data-data empiris yang diperoleh secara sistematis, Morgan (dalam Basuki, 2008).
Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Tujuan Psikologi
Plotnik (dalam Basuki, 2008) mendeskripsikan tujuan dari psikologi sebagai berikut :
b.   Tujuan Pertama Psikologi adalah mendeskripsikan beraneka macam cara perilaku organisme.
c.    Tujuan Kedua Psikologi adalah menjelaskan sebab-sebab dari perilaku.
d.   Tujuan Ketiga Psikologi adalah memprediksikan bagaimana organisme akan berperilaku dalam suatu situasi tertentu.
e.    Tujuan Keempat Psikologi adalah mengontrol perilaku makluk hidup.
Dalam keseluruhan definisi diatas mengenai sistem, informasi dan psikologi dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi “Sistem Informasi Psikologi” adalah suatu sistem atau cara yang didapat dari media sebagai fasilitas  untuk dapat mengumpulkan data yang diolah untuk menyimpan data mengenai perilaku manusia secara langsung serta proses mental yang terjadi sehingga dapat diubah menjadi sumber informasi yang digunakan untuk tujuan tertentu, seperti untuk tujuan penelitian. Contoh pengaplikasian Sistem Informasi Psikologi dalam kehidupan adalah untuk penggunaan teknologi dalam pengambilan tes psikologi yang menggunakan bantuan alat komputer (contoh dalam tes minat & bakat, dan tes kepribadian psikologi) secara online.

SUMBER :
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Fatta, H.A. (2007). Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. (Google Book).
http://diikaafebrina.blogspot.com/2013/11/sistem-informasi-psikologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
http://setowicaksono8.wordpress.com/2012/09/29/sistem-informasi-psikologi
http://4jipurnomo.wordpress.com/sip-sistem-informasi-psikologi/







Selasa, 20 Mei 2014

Anda dapat melihat tulisan ini juga pada
http://deskyaviantyfury.blogspot.com/
http://savinamaharanivajni.blogspot.com/

Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Di sisi lain terapi bermain menurut Schaefer dan Reid (dalam Hatiningsih, 2013) adalah salah satu alat untuk membangun komunikasi bagi anak- anak yang bermasalah untuk dapat mengungkapkan permasalahan yang sedang mereka hadapi dengan cara menyenangkan, santai dan terbuka.

Pengaruh bermain dalam perkembangan anak :
1)      Perkembangan Fisik
2)      Dorongan Berkomunikasi
3)      Penyaluran bagi Energi Emosional yang Terpendam
4)      Penyaluran bagi Kebutuhan dan Keinginan
5)      Sumber Belajar
6)      Rangsangan bagi Kreativitas
7)      Perkembangan Wawasan Diri
8)      Belajar Bermasyarakat
9)      Standard Moral
10)  Belajar Bermain Sesuai dengan Peran Jenis Kelamin
11)  Perkembangan Ciri Kepribadian yang Diinginkan


STUDI KASUS
Studi kasus 1 ( Play Therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual terhadap anak)

Sepanjang tahun terdapat banyak laporan kasus kekerasan terhadap anak, baik itu kekerasan fisik, seksual maupun psikis. Salah satu diantaranya kasus yang sering terjadi adalah kekerasan seksual pada anak. Kekerasan seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan seksual atau aktivitas seksual. Kekerasan ini dapat dilakukan oleh keluarga yaitu ayah atau ibu kandung, ayah atau ibu tiri, saudara kandung, kakek, nenek, bahkan tetangga, bapak atau ibu guru, teman maupun pacar. Seperti kasus yang sedang diramaikan saat ini adalah Jakarta Internasional School (JIS).
Kasus diatas memiliki dampak psikologis bagi anak seperti masalah harga diri, perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri hingga dapat mengakibatkan gangguan seperti Pasca-Trauma Stress Disorder (PTSD), Gangguan kepribadian dan Gangguan identitas disosiatif. Terapi yang digunakan untuk menangani kasus kekerasan seksual diatas yaitu dengan terapi bermain. Menurut Wakenshaw , terapi permainan merupakan pendekatan sistematis untuk mendapatkan kesadaran dalam dunia anak atau wawasan anak melalui wahana utama komunikasi mereka, yaitu bermain yang merupakan cara yang terbaik untuk anak mengekspresikan perasaannya. Salah satu terapi bermain yang dapat dilakukan adalah bermain rumah-rumahan. Tokoh-tokoh yang berperan dalam tema tersebut dipilih sesuai dengan peran yang analog dengan kasus yang terjadi pada subjek.
Terapi bermain dapat digunakan untuk mengungkap kasus kekerasan seksual pada anak , media untuk mengekpresikan pikiran dan perasaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui terapi bermain, disertai wawancara dan observasi diperoleh gambaran tentang lokasi dan kronologis kejadian kekerasan seksual yang terjadi pada subyek penelitian, serta dapat mengungkap jenis kekerasan seksual yang terjadi pada subyek. Selain itu melalui terapi bermain subyek dilengkapi wawancara dan observasi, subyek dapat mengekpresikan perasaan marah sehubungan dengan kasus yang menimpa dirinya.

Studi Kasus 2 ( Terapi bermain dalam kasus anak yang tidak mau sekolah)
Seorang anak yang tidak termotivasi untuk sekolah bisa disebabkan oleh beberapa hal. Untuk mengungkap penyebab tersebut dapat dilakukan terapi bermain. Dengan mengajak anak tersebut bermain melalui berbagai macam permainan. Seorang terapis ingin mengetahui penyebab seorang anak yang tidak mau sekolah. Terapis tersebut mengajak anak itu bermain dengan sifat yang ramah agar anak tersebut merasa nyaman dengannya. Terapis  menggunakan permainan binatang-binatang kecil yang terbuat dari plastik dan mulai menanyakan alasan anak tersebut tidak mau sekolah. Mungkin anak tersebut tidak bisa menjawab. Lalu terapis meminta anak tersebut memilih binatang yang paling disukai yang menyerupai anak tersebut maupun gurunya, dalam hal ini adalah karakternya. Dan anak tersebut memilih binatang yang menyerupai dirinya yaitu kingkong, saat ditanya alasan mengapa memilih kingkong, anak tersebut akan mulai menceritakan. Dengan permainan, anak akan mudah untuk bercerita. Dan terapis dapat mengalihkan perhatiannya untuk kembali ke tujuan awal dari terapi. Setelah masalah telah terungkap, terapis memberitahukan kepada orang tua anak tersbut.
Bentuk-bentuk dari terapi bermain ini bermacam-macam dan sederhana sekali, juga tidak memerlukan biaya yang mahal namun memerlukan kreativitas. Tapi kita bukan menggunakan video games sebagai permainan tapi menggunakan alat-alat yang nantinya akan menghasilkan sesuatu. Dan dari hasil itu, kita tidak melihat nilai seninya namun kita melihat hasil dari apa yang dibuatnya dan biasanya hasil itu menunjukkan dirinya atau perasaannya. Alat-alat permainan yang biasa digunakan antara lain boneka ("puppet"), menggambar, binatang-binatang kecil dari plastik, pedang-pedangan dari plastik, kartu forty-one, pasir, malam atau pledo, dan lain-lain. Dalam melakukan terapi bermain ini dibutuhkan waktu + 30 menit.

Studi Kasus 3 (Pendekatan teoritis penerapan terapi bermain pada penyandang autisme)
Penyandang autisme dapat menggunakan terapi bermain. Beberapa terapi bermain yang dapat digunakan salah satunya yaitu terapi yang dilakukan oleh Bromfield. Fokus terapi yang dilakukan oleh Bromfield yaitu dengan masuk ke dunia anak agar dapat memahami pembicaraan dan perilaku anak yang membingungkan dan kadang tidak diketahui maknanya. Bromfield mencoba menirukan perilaku obsessif anak yaitu mencium/membaui semua objek yang ditemui menggunakan suatu boneka. Cara yang dilakukan Bromfield dapat menarik perhatian anak tersebut. Bromfield berhasil menjalin komunikasi lanjutan dengan anak tersebut menggunakan alat-alat bermain lain seperti boneka, catatan-catatan kecil, dan telepon mainan. Setelah proses terapi yang berjalan tiga tahun, si anak dapat berkomunikasi secara lebih sering dan langsung.

Sumber :
Hatiningsih, N. (2013). Plat Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi pada Anak  Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 330
Maslihah, S. (2013). Play Therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual terhadap anak. Jurnal Penelitian Psikologi . 4, 1
Tedjasaputra, M. (2001). Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Grasindo
Simanjuntak, F.K.J.A. (2009). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tindakan Kooperatif Anak dalam Menajalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 9



Minggu, 06 April 2014

PSIKOTERAPI

PSIKOTERAPI

DESKY AVIANTY FURY
3PA08 / 11511892

1.  Definisi Psikoterapi :
-      Pendahuluan
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun  pemasaran.
            Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling).  Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.             
          Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PSIKOTERAPI ?
          Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
          Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.  
          Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
          Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .

2.  Tujuan Psikoterapi (Korchin) :
1.             memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2.            mengurangi tekanan emosional
3.            mengembangkan potensi klien
4.            mengubah kebiasaan
5.            memodifikasi struktur kognisi
6.            memperoleh pengetahuan tentang diri
7.            mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan  interpersonal
8.            meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
9.            mengubah kondisi fisik
10.         mengubah kesadaran diri
11.          mengubah lingkungan sosial

3.  Unsur-unsur Psikoterapi :
Dalam psikoterapi terdapat delapan “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsusr-unsur lazim yang dikemukakan oleh Masserman (dalam Maulany, 1997), yaitu :
a. Peranan Sosial (“Martabat”) psikoterapis
b. Hubungan (persekutuan terapeutik)
c. Hak
d. Retrospeksi
e. Re-edukasi
f. Rehabilitasi
g. Resosialisasi
h. Rekapitulasi

4.  Perbedaan Konseling & Psikoterapi :
Psikoterapi :
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.  
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .
SEDANGKAN KONSELING....
Menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”.  Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dsb. 

Konseling :
Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu.
ü  Fokus pada masalah klien atau pasien.
ü  Percakapannya merupakan percakapan dua arah.
ü  Bentuknya  terstruktur, yaitu terdiri atas: menyambut, membahas, membantu menetapkan pilihan, mengingatkan.
ü  Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami permasalahannya, melihat peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya.
ü  Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan nyaman
Tujuan:
-          Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan yang          bijaksana dan realistik.
-          Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban konsekuensinya.
-          Memberikan informasi dan edukasi.
Terdapat dua tipe konseling:
Ø  Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan
Ø  Konseling untuk membantu  seseorang  dalam  suatu  pilihan  yang  vital

5.  Proses Psikoterapi Melakukan Berbagai Pendekatan terhadap Mental Illness
J.P. chaplin memberikan beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :

1. Biological meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2. Psychological meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional peuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3. Sosiological meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4. Philosophic meliputi kepercayaan terhadap martabat dan harga diri sesorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar filsafatnya tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.



6.    Bentuk-bentuk Utama dari Terapi
a.    Terapi Suportif
Terapi ini dapat diterapkan pada pasien yang mengalami penyakit-penyakit kronis. Misalnya pada penderita penyakit diabetis melitus tipe I, yang disebut IDDM (Insulin Dependant Diabetis Melitus) yang harus menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya sendiri. Tugas yang kadang rutin yang harus terus menerus dilaksanakan ini kadang menimbulkan stres dan kejenuhan. Demikian juga diabetis tipe II, yang disebut NIDDM (Non-insulin Dependant Diabtes Melitus) yang harus melaksanakan diet makanan dengan ketat untuk mengatur kadar gula dalam darah mereka. Dengan terapi supportive mereka akan dapat terus melaksanakan tugas dengan baik.
Lebih jauh terapi suportif ini sangat penting diberikan pada pasien pasca stroke, dimana mereka mengalami kelumpuhan tubuh. Pasien memerlukan penyesuaian diri menghadapi ketidakberdayaan fisiknya yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kehidupan karier maupun kehidupan sosialnya, seperti timbulnya rasa malu dan rasa tidak berharga.
b.    Relaksasi dan Meditasi
Terapi relaksasi dan meditasi ini bertujuan untuk mengendorkan otot-otot dan mencapai kondisi rileks, yang oleh Benson (2000) disebut sebagai relaxation response. Kondisi rileks ini sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk mencapai kondisi “istirahat” yang akan mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh yang lain. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa relaksasi dan terutam meditasi merupakan sebuah metode anastesi alamiah. Terapi relaksasi dan meditasi banyak digunakan pada pasien yang mengalami penyakit yang terkait dengan stres, misalnya penyakit jantung koroner, asma, tekanan darah tinggi, chronic pain, maupun kanker.
c.    Terapi eksistensial
Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien menemukan makna hidup mereka. Terapi ini sangat penting bagi pasien yang menglami penyakit kronis seperti kanker maupun gagal ginjal. Penyakit-penyakit ini pada umumnya sulit untuk disembuhkan, sehingga pasien pada umumnya merasa bahwa mereka akan segera meninggal dunia. Dalam terapi eksistensial, pasien dianjurkan tidak terlalu memikirkan penyakitnya, tetapi lebih memusatkan perhatian pada apa yang bisa mereka lakukan untuk mengisi kesempatan hidup yang masih ada. Misalnya dengan memberikan bantuan kepada orang lain, bersedekah, menyantuni anak yatim dsbnya. Dengan demikian pasien merasa hidupnya lebih bermakna.
d.    Kognitif Terapi
Terapi ini bertujuan untuk merubah pemikiran-pemikiran pasien yang negatif sehubungan dengan penyakit yang diderita. Pikiran yang negatif ini akan menimbulkan reaksi emosi yang negatif, misalnya marah, takut, cemas, sedih dsbnya. Emosi-emosi ini pada umumnya akan memperparah kondisi pasien.
e.    Terapi keluarga
Terapi keluarga bertujuan untuk memperbaiki suasana emosional dalam keluarga. Ketika seseorang mengalami penyakit yang berat, pada umumnya dampaknya tidak hanya ada pada pasien saja, tapi juga pada anggota keluarga yang lain. Misalnya pasien yang menderita stroke maupun diabetes melitus akan mempengaruhi kehidupan seluruh keluarga. Seluruh anggota keluarga harus ikut merawatnya dn menjaga suasana emosi dalam keluarga. Kalau tidak, penyakit tersebut akan lebih mudah kambuh.

SUMBER :




Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada