Sabtu, 28 September 2013

Komunikasi dan Leadership

DESKY AVIANTY FURY
KELAS         : 3PA08
NPM            : 11511892

Definisi Komunikasi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8jUzYzDDHHtwvWG46QlYZQ7wLb5zJtfZ0TnZP8WyyOu9j1vPvzROPwLa8sybcQEW5DO4ErCjyhO6t939IUifLc2JqKkZsBO9pP5TTLuAZLKsDTf2BMGXOf3uQvgj44kVX8xAtG5CKq7s/s200/komunikasi.gifPengertian ilmu komunikasi dapat dijelaskan dengan melihat definisi morfologi katanyanya maupun pengertian menurut para ahli. Komunikasi yang berasal dari kata Latin communis yang berarti sama. Istilah communis ini yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi dan juga merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Dalam komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama. Namun, dalam definisi kontemporer lainnya lebih menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara-cara berbagi hal-hal tersebut.
Komunikasi yang berkembang pesat menjadi suatu ilmu yang banyak dipelajari diberbagai belahan dunia, mengakibatkan lahirnya definisi tentang komunikasi dari banyak ahli yang beragam namun tetap memiliki benang merah yang sama. Dari seluruh definisi tersebut tidak ada yang paling benar ataupun salah. Sebagai mana sebuah model atau teori, definisi juga harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Salah satu definisi komunikasi yang paling banyak ditemui yakni, “Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih”. Secara luas, komunikasi didefinisikan juga sebagai suatu tindakan berbagi pengalaman.
Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Ada yang berpendapat komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran terntentu.
Pada dasarnya komunikasi merupakan proses komunikasi dua arah, komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja, komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.
Terdapat beberapa definisi tentang komunikasi dari beberapa para ahli, diantaranya:
Weaver mendefinisikan komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.
Harold Lasswell mendefinisikan komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, “dan dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and with what effect)
Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu:
  1. Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber) 
  2. Mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan) 
  3. Kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima) 
  4. Melalui saluran apa (saluran atau alat apa yang digunakan dalam penyampaian informasi) 
  5. Dengan akibat atau hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima)
Definisi dari Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku. Hovland, Janis dan Kelley menjelaskan, komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Wilbur Schrarmm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing proses), Schrarmm menguraikannya demikian:
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, dan sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memilki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.
Dari uraian Schrarmm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience-receiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Dimensi Komunikasi
1.      Komunikasi sebagai proses
Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses berarti unsur-unsur yang ada didalamnya bergerak aktif dinamis dan tidak tetap.
Dan dikatakan proses pun juga berarti unsur-unsurnya memang bersifat aktif. Mari kita menelaah dari konteks komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa mana yang disebut proses.
Apabila ditelaah dalam komunikasi antarpribadi yang disebut atau yang menunjukkan proses adalah saat dimana adanya kegiatan pengiriman pesan pada satu orang ke orang yg lain. Mulai dari adanya sebuah informasi lalu ada sender yang memberikan informasi dan adapula receiver yang mendapatkan informasi nah, ketika informasi itu berjalan mulai dari adanya hal yang akan disampaikan hingga diterima receiver itulah disebut proses.
2.     Komunikasi sebagai simbolik
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (Verbal) maupun melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal). Simbol disini berarti sebuah tanda atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan sebuah tanda hasil kreasi manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam pernyataan “kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya” dapat ditelaah kembali bahwa banyak faktor yang mempengaruhi adanya simbol itu sendiri yaitu :
• Faktor budaya
• Faktor psikologis.
Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receiver nya mempunyai kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya.
Simbol dalam bentuk tertulis banyak sekali contohnya : puisi, syair, cerpen, novel, karya sastra lain, ataupun media cetak koran, majalah dan sebagainya yang tertuang dari rangkaian-rangkaian kata hitam di atas putih dan sejenisnya, itu semua sudah disebut komunikasi meskipun tidak langsung bertemu dengan si penulis atau bahkan berhadapan langsung dengan sender namun komunikasi dengan bentuk tertulis. Berikut contoh komunikasi dengan non verbal atau dalam bentuk perilaku.
·  Menganggukan kepala yang berarti setuju,
·  Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
·  Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari.
3.       Komunikasi sebagai system.
Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau untuk yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang bergantung artinya mengikuti permainan yang ada, sistem terbagi atas 2 :
• Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya.
• Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
Dari segi bentuknya ada sistem terbuka dan tertutup yang mebedakan adalah sistem terbuka dimana prosesnya terbuka tergantung pengaruh lingkungan sekitarnya, dan sistem tertutup prosesnya tertutup dari pengaruh lingkungan luar. Contoh :
Penelitian atau uji coba makanan yang tidak boleh ada pengaruh dari luar, seperti : debu, musim, cuaca. Dan hasilnya sudah pasti dapat diantisipasi.(sistem tertutup)Memilih agama yang dianut banyak sekali pengaruh dari luar seperti : pihak keluarga, lingkungan mayoritas penduduk menganut apa?  latar belakang budaya. (sistem terbuka)
Lalu apa kaitannya dengan proses komunikasi, seperti yang saya jelaskan tadi di atas bahwa komunikasi sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain yaitu, sender, message, receiver, media, signal,etc. Apabila itu semua ada yang tidak berfungsi atau mengalami gangguan maka informasi atau komunikasi yang berjalan tidak akan berhasil sesuai harapan atau bahkan bisa terjadi. Karena keterikatan komponen antara satu dengan yang lainnya akan meng hasilkan feedback loops atau umpan balik dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic). 
4.      Komunikasi sebagai transaksional.
Komunikasi tidak pernah terjadi tampa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian akan timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi.
5.       Komunikasi sebagai aktivitas social.
Hubungan antar sesama manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk kepentingan aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah politik, sosial, budaya, seni dan teknologi.
6.      Komunikasi sebagai multidimensional.
Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat diidentifikasikan yakni dimensi isi (contet dimension) dan dimesi hubungan (relationship dimension). Dimensi isi : lebih menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa pesan. Jadi seperti orang madura berbicara dengan orang jawa pasti bahasa yang mereka gunakan pun juga berbeda disinilah dimensi isi menunjukkan hal tersebut dalam komunikasi.
Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan. Asumsi dasar hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan, tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya.


Leadership
  • Pengertian Leadership
Seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Teori Kepemimpinan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw5UTAm4tyBgIorGEikYWfsMU-EFvNn_R6f_sforDwkg1y_1OD20ThqeZ_b4EXx9cEcUzgRulKtaQbrckHyQGOLH04H4f0Ht3z6Z8kLC8O573kBsN8VGgXsVwNVZIv6QB4L5KdoqvZusmg/s320/pengertian+kepemimpinan.jpgKepemimpinan adalah bentuk dari tanggungjawab untuk mengarahkan kelompk menuju tujuan bersama. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kepemimpinan dibawah ini dikutip beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimpinan yang dianggap sesuai dan tujuan skripsi ini.
Stephen P. Robins (1998:347) memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi anggota kelompok dalam mencapai tujuan perusahaan.
Gibson (1991) memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut: kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang yang berada dalam kelompoknya agar mau bertindak sesuai dengan yang diinginkannya untuk mencapai tujuan kelompok.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang yang berbeda dalam kelompoknya agar mau bertindak sesuai dengan yang diinginkannya untuk mencapai tujuan kelompok. Teori perilaku kepemimpinan adalah teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori kepemimpinan membahas tentang pimpinan yang efektif penting untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan kelompok/perusahaan/organisasi.


Teori X dan Y menurut douglas McGregor
Teori-teori proses motivasi antara lain, teori X dan Y dari McGregor, teori penentuan sasaran (goal se tting theory), teori keadilan (equity theory) dan teori pengharapan (expectation theory). Teori-teori proses motivasi ini banyak digunakan ahli manajemen untuk mendorong para manajer menggunakannya didalam praktik manajemen (Tampubolon 2008)
Teori X dan Teori Y
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda me ngenai manusia yaitu seseorang itu pada dasarnya bersifat negatif, diberi nama teori X. dan yang lainnya pada dasarnya bersifat positif, diberi nama teori Y.
Dalam teori X terdapat empat asumsi yang diyakini oleh manajer yaitu:
  1. Karyawan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya.  
  2. Karena para karyawan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan yang diinginkan.  
  3. Para karyawan akan mengelakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal.  
  4. Kebanyakan pekerja mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) diatas semua faktor dan hanya menunjukkan sedikit ambisi.
Dalam teori Y, terdapat empat asumsi berlawanan yang diyakini oleh manajer yakni:
  1. Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain.  
  2. Seorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri.  
  3. Seorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab. 
  4. Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik.
Teori Pencapaian Sasaran (goal setting theory) 
Teori pencapaian sasaran sangat spesifik jika diliha t dari tingkat kesulitan didalam pencapaian sasaran serta umpan baliknya karena didalam pencapaian mempunyai standar performa yang tinggi. Teori penentuan tujuan mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan tersebut yang berarti seorang individu memutuskan untuk tidak merendahkan atau mengabaikan tujuan tersebut.

Berdasarkan prilaku, ini berarti bahwa seorang individu:
  1. Yakin ia bisa mencapai tujuan tersebut dan  
  2. Ingin mencapainya
Teori Keadilan (equity theory)
Teori keadilan menguraikan bahwa setiap individu didalam melaksanakan pekerjaanya selalu membandingkan antara input tugas dan hasil, beserta yang lainnya didalam pertanggung jawabannya, serta berusaha mengatasi ketidakseimbangan beban tugasnya. Rujukan yang dipilih oleh seorang karyawan menambah kerumitan teori keadilan (equity theory). Inilah empat perbandingan rujukan yang bisa digunakan oleh seorang karyawan.
  1. Diri-di dalam, pengalaman-pengalaman seorang karyawan dalam posisi yang berbeda di dalam  organisasi karyawan tersebut pada saat ini.  
  2. Diri-di luar, pengalaman-pengalaman seorang karyawan dalam posisi atau situasi diluar organisasi karyawan tersebut pada saat ini.  
  3. Individu lain-di dalam , individu atau kelompok individu lain di dalam  organisasi karyawan tersebut.
  4. Individu lain-di luar, individu atau kelompok individu lain di luar organisasi  karyawan tersebut. 
Berdasarkan teori keadilan, ketika karyawan merasakan ketidakadilan, mereka bisa diperkirakan akan memilih satu dari enam pilihan berikut:
  1. Mengubah masukan-masukan mereka (misalnya, jangan mengerahkan usaha sebanyak itu)  
  2. Mengubah hasil-hasil mereka (misalnya, individu-individu yang dibayar berdasarkan tarif per bagian bisa meningkatkan imbalan kerja m ereka dengan memproduksi kuantitas yang lebih rendah)  
  3. Mengubah persepsi-persepsi diri (misalnya, ”Saya biasanya berpikir saya bekerja den gan kecepatan sedang tetapi sekarang saya sadar bahwa saya bekerja jauh lebih keras daripada siapapun.”)                                                                                   
  4. Mengubah persepsi-persepsi individu lain (misalnya, “Pekerjaan Mike sudah tidak begitu diinginkan seperti yang saya kira sebelum nya.”)  
  5. Memilih rujukan yang berbeda (misalnya, “Mungkin saya tidak mendapatkan penghasilan sebanyak kakak ipar laki-laki saya, tetapi saya bekerja jauh lebih baik dari pada ayah saya ketika ia seumuran saya.”)  
  6. Meninggalkan bidang tersebut (misalnya, meninggalkan pekerjaan tersebut). (Robbins & Judge, 2008)
Teori tersebut menentukan pernyataan konsep yang berhubungan dengan imbalan kerja yang tidak adil sebagai berikut:
  1. Dengan imbalan kerja yang ada pada saat itu, karyawan-karyawan yang dibayar terlalu tinggi akan bekerja lebih banyak daripada karyawan-karyawan yang dibayar dengan adil.  
  2. Dengan imbalan kerja menurut kuantitas produksi, karyawan-karyawan yang dibayar terlalu tinggi akan memproduksi unit-unit yang lebih sedikit tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan karyawan-karyawan yang dibayar dengan adil.  
  3. Dengan imbalan kerja pada saat itu, karyawan-karyawan yang dibayar terlalu rendah menghasilkan kualitas hasil yang lebih buruk.  
  4. Dengan imbalan kerja menurut kuantitas produksi, karyawan-karyawan yang dibayar terlalu rendah akan menghasilkan banyak unit berkualitas rendah bila dibandingkan karyawan-karyawan yang dibayar dengan adil.
Teori Pengharapan (expectancy theory)
Teori pengharapan m erupakan tendensi kekuatan untuk me lakukan sesuatu dengan kebebasan menjadi suatu penciptaan kekuatan pengharapan untuk mendapatkan hasil yang menarik bagi penghasilan individu. Teori ini terfokus pada tiga efek hubungan, yaitu:
  1. Usaha (effort), hubungannya dengan perform a (performance)  
  2. Performa (performance), hubungannya dengan pengharapan (expectancy)  
  3. Pengharapan (expectancy), berhubungan dengan sasaran (goal’s).
Teori X dan Y dari Dauglas Mxgregor
  1. TeoriX
    Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
  2. TeoriY
    Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
    Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
Empat Sistem – Rensis Likert
                             Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
                       Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.- Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
- Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuaidengan keinginannya.
- Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pe-ngembangan bawahan. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahanditandai dengan beberapa hal sebagai berikut.
- Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepadabawahan.
-   Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
- Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, salingmenghormati di antara sesama anggota kelompok. Sebagai pengembangan, maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antarakedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atauperusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinanadalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert.
Empat sistemtersebut terdiri dari:
- Sistem 1, otoritatif dan eksploitif:manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintahpara bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secarakaku ditetapkan oleh manajer.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent:manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasanuntuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas danprosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
- Sistem 3, konsultatif:manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan - keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
- Sistem 4, partisipatif:adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.

Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum & Scimidth

Bagaimana bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi” dan “otoriter.”
Diagram menunjukkan dimensi lain: “Sumber Otoritas”. Pada akhir demokratis diagram, manajer memungkinkan kebebasan karyawan. Pada akhir otoriter diagram kita melihat bahwa manajer adalah satu-satunya sumber otoritas. Kita pergi dari otoritas buruh untuk otoritas manajer.
berkaitan dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan kontrol. untuk tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah kontinum perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya demokratis di sisi lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat pada bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu.para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan:1. kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)2. kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)3. kekuatan dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
  1. Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
    Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
  2. Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
    Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik
  3. Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
    Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
  4. Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
    Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
  5. Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
    Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
  6. Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”
    Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
  7. Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
    Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim
Sumber :