PSIKOTERAPI
DESKY AVIANTY FURY
3PA08 / 11511892
1. Definisi Psikoterapi :
- Pendahuluan
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PSIKOTERAPI ?
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .
2. Tujuan Psikoterapi (Korchin) :
1. memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2. mengurangi tekanan emosional
3. mengembangkan potensi klien
4. mengubah kebiasaan
5. memodifikasi struktur kognisi
6. memperoleh pengetahuan tentang diri
7. mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan interpersonal
8. meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
9. mengubah kondisi fisik
10. mengubah kesadaran diri
11. mengubah lingkungan sosial
3. Unsur-unsur Psikoterapi :
Dalam psikoterapi terdapat delapan “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsusr-unsur lazim yang dikemukakan oleh Masserman (dalam Maulany, 1997), yaitu :
a. Peranan Sosial (“Martabat”) psikoterapis
b. Hubungan (persekutuan terapeutik)
c. Hak
d. Retrospeksi
e. Re-edukasi
f. Rehabilitasi
g. Resosialisasi
h. Rekapitulasi
4. Perbedaan Konseling & Psikoterapi :
Psikoterapi :
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .
SEDANGKAN KONSELING....
Menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”. Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dsb.
Konseling :
Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu.
ü Fokus pada masalah klien atau pasien.
ü Percakapannya merupakan percakapan dua arah.
ü Bentuknya terstruktur, yaitu terdiri atas: menyambut, membahas, membantu menetapkan pilihan, mengingatkan.
ü Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami permasalahannya, melihat peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya.
ü Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan nyaman
Tujuan:
- Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistik.
- Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban konsekuensinya.
- Memberikan informasi dan edukasi.
Terdapat dua tipe konseling:
Ø Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan
Ø Konseling untuk membantu seseorang dalam suatu pilihan yang vital
5. Proses Psikoterapi Melakukan Berbagai Pendekatan terhadap Mental Illness
J.P. chaplin memberikan beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :
1. Biological meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2. Psychological meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional peuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3. Sosiological meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4. Philosophic meliputi kepercayaan terhadap martabat dan harga diri sesorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar filsafatnya tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
6. Bentuk-bentuk Utama dari Terapi
a. Terapi Suportif
Terapi ini dapat diterapkan pada pasien yang mengalami penyakit-penyakit kronis. Misalnya pada penderita penyakit diabetis melitus tipe I, yang disebut IDDM (Insulin Dependant Diabetis Melitus) yang harus menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya sendiri. Tugas yang kadang rutin yang harus terus menerus dilaksanakan ini kadang menimbulkan stres dan kejenuhan. Demikian juga diabetis tipe II, yang disebut NIDDM (Non-insulin Dependant Diabtes Melitus) yang harus melaksanakan diet makanan dengan ketat untuk mengatur kadar gula dalam darah mereka. Dengan terapi supportive mereka akan dapat terus melaksanakan tugas dengan baik.
Lebih jauh terapi suportif ini sangat penting diberikan pada pasien pasca stroke, dimana mereka mengalami kelumpuhan tubuh. Pasien memerlukan penyesuaian diri menghadapi ketidakberdayaan fisiknya yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kehidupan karier maupun kehidupan sosialnya, seperti timbulnya rasa malu dan rasa tidak berharga.
b. Relaksasi dan Meditasi
Terapi relaksasi dan meditasi ini bertujuan untuk mengendorkan otot-otot dan mencapai kondisi rileks, yang oleh Benson (2000) disebut sebagai relaxation response. Kondisi rileks ini sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk mencapai kondisi “istirahat” yang akan mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh yang lain. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa relaksasi dan terutam meditasi merupakan sebuah metode anastesi alamiah. Terapi relaksasi dan meditasi banyak digunakan pada pasien yang mengalami penyakit yang terkait dengan stres, misalnya penyakit jantung koroner, asma, tekanan darah tinggi, chronic pain, maupun kanker.
c. Terapi eksistensial
Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien menemukan makna hidup mereka. Terapi ini sangat penting bagi pasien yang menglami penyakit kronis seperti kanker maupun gagal ginjal. Penyakit-penyakit ini pada umumnya sulit untuk disembuhkan, sehingga pasien pada umumnya merasa bahwa mereka akan segera meninggal dunia. Dalam terapi eksistensial, pasien dianjurkan tidak terlalu memikirkan penyakitnya, tetapi lebih memusatkan perhatian pada apa yang bisa mereka lakukan untuk mengisi kesempatan hidup yang masih ada. Misalnya dengan memberikan bantuan kepada orang lain, bersedekah, menyantuni anak yatim dsbnya. Dengan demikian pasien merasa hidupnya lebih bermakna.
d. Kognitif Terapi
Terapi ini bertujuan untuk merubah pemikiran-pemikiran pasien yang negatif sehubungan dengan penyakit yang diderita. Pikiran yang negatif ini akan menimbulkan reaksi emosi yang negatif, misalnya marah, takut, cemas, sedih dsbnya. Emosi-emosi ini pada umumnya akan memperparah kondisi pasien.
e. Terapi keluarga
Terapi keluarga bertujuan untuk memperbaiki suasana emosional dalam keluarga. Ketika seseorang mengalami penyakit yang berat, pada umumnya dampaknya tidak hanya ada pada pasien saja, tapi juga pada anggota keluarga yang lain. Misalnya pasien yang menderita stroke maupun diabetes melitus akan mempengaruhi kehidupan seluruh keluarga. Seluruh anggota keluarga harus ikut merawatnya dn menjaga suasana emosi dalam keluarga. Kalau tidak, penyakit tersebut akan lebih mudah kambuh.
SUMBER :
Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada